Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

10.3.20

Nael Sihombing #KAMUBAIK


He's bald. He's a Christian. He's Nael Sihombing.

Saya baru mengenalnya di Juni 2019 dan tidak terasa sekarang kita menjadi teman baik yang telah banyak berkolaborasi di banyak project baik yang berkaitan dengan pekerjaan ataupun tidak.

Mungkin Nael tidak pernah benar-benar sadar kalau dia telah menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Bahkan, ada sisi lain dari kehidupan Nael yang rasanya tidak banyak orang ketahui dan saya cukup beruntung untuk mendengarkan banyak ceritanya yang sangat personal. Hal itu, bagi saya pribadi, adalah sebuah kehormatan dan kepercayaan yang harus dijaga.

Di #KAMUBAIK kita hanya membicarakan kebaikan seseorang dan memastikan ia dan orang lain mengetahuinya ketika dia masih hidup. Berikut ini beberapa poin subjektif saya mengenai kebaikan seorang Nael Sihombing:

  • Witty. Nael adalah salah satu orang paling witty yang bisa kamu ajak bicara. Jika kamu suka dengan perbincangan yang intelektual sekaligus humoris, ia adalah orang yang tepat.
  • Warrior. Orang tidak akan menyangka, dan mungkin tidak akan pernah tahu bahwa dibalik perangainya yang bersahabat hingga sering menjadi badut di ruangan, perjuangan fisik, materi, dan mental Nael dari Cimahi hingga hari ini ia telah menaklukkan Jakarta amat berat. Saya sendiri tidak yakin kuat bisa untuk melaluinya jika berada di posisi Nael di momen-momen perjuangan hidupnya.
  • Super creative. Ketika kamu ingin berbicara mengenai ide-ide gila atau gagasan-gagasan yang nyeleneh, kamu bisa menikmatinya bersama Nael. Ia selalu bisa membuat sesuatu di tengah banyak keterbatasan.
  • Hard worker. Selain seorang Hard Rocker, Nael adalah seorang hard worker. Dan ia melakukannya dengan penuh passion. Hal ini menular dan membuat saya semakin ingin meniru kesuksesan dia.
  • Family guy. Kesenangan paripurna seorang Nael adalah ketika ia bisa membahagiakan seluruh anggota keluarga utamanya di Cimahi melalui berbagai kesederhanaan yang mereka inginkan. Hal ini adalah sesuatu yang paling ingin saya contoh darinya.
  • Generous. Ia adalah orang yang tidak pelit ilmu. Dengan pengalamannya yang banyak di dunia komunikasi, broadcasting, dan digital, amat sangat disayangkan jika kita tidak meminta sedikit dari ilmunya, dan ia akan dengan hati berbagi dengan kita.
  • Strong (and brave). Perjuangan hidup di Cimahi, Bandung, dan Jakarta adalah bukti betapa kuatnya mental dan fisik seorang Nael. Tidak hanya kuat, tapi dia juga berani. Berani dalam mengambil berbagai keputusan besar dengan berbagai konsekuensinya. Dan menjalaninya like a man.
Bonus: Percakapan kami mengenai konsep Ikigai di IG saat tengah malam menuju pagi


Saya sangat berharap, dan Nael pasti sukses di tempat kerja barunya. Pastinya penuh tantangan. Pastinya penuh hal baru. Tapi berbagai tantangan bukanlah hal baru bagi Nael dalam hidupnya. Itu yang membuat dia menjadi pribadi yang one of a kind hari ini.

Sok lah, El. Give them Hell.

29.11.18

ALDY ANGGRIAWAN #KAMUBAIK


Saya tidak sepakat dengan Agung yang merasa Aldy bukanlah orang yang baik.

Di seri #KAMUBAIK kali ini saya ingin mengangkat Aldy Anggriawan, mantan rekan kerja saya di kantor, ke tengah-tengah pembaca.

Masa ketika saya benar-benar intens berinteraksi dengan Aldy adalah di sebuah project di mana kita harus sering berdiskusi mengenai pelatihan media sosial untuk tiga lembaga pemerintah. Project ini merupakan salah satu yang paling berkesan bagi saya karena hasilnya cukup baik dan kerjasama tim juga solid.

Mungkin enam bulan terakhir, entah bagaimana, kami semakin sering bertukar pikiran, berdebat, bercanda, dan berdiskusi mengenai hal-hal yang tidak biasa kami perbincangkan di lingkungan kantor. Semua hal tersebut dibangun dengan tingkat kepercayaan yang cukup tinggi terhadap satu sama lain.

Hal-hal tersebut juga yang bagi saya membuat kehadiran Aldy semakin berkesan sebagai tetangga meja kantor saya.Berikut adalah poin-poin kebaikan Aldy versi saya:
  • Aldy adalah seorang family man. Mereka yang sering bertukar cerita secara mendalam dengan Aldy pasti akan mendapatkan kesan yang sama dengan saya dalam hal ini.
  • Aldy adalah teman bicara yang bisa diajak berdiskusi mengenai topik apapun. Tidak semua orang mau dan berani untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang membuat diri kita berpikir lebih dalam bahkan merasa tidak nyaman. Obrolan kami telah berada di level itu. 
Click here for more
  • Aldy adalah orang yang selalu mengingatkan saya kalau saya digaji di kantor untuk bekerja. Setiap kali saya menolak permintaan tolong Aldy di dalam sebuah project, ia dengan bijak selalu mengingatkan, "Lo digaji buat apa?" Sungguh menyentuh.
  • Aldy (akhirnya) mengizinkan saya untuk thirdwheeling ketika dia bertemu dengan pasangannya, Maya. Tidak semua pasangan memiliki nyali untuk melakukan hal ini. Hat's off to this wonderful couple!
 
 

  • Aldy dan saya memiliki selera humor dan preferensi wanita yang sama. Kesepakatan level telepati adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan aspek ini.
  • Aldy adalah seorang pekerja keras dan tidak pernah mengeluh. Berbeda dengan saya yang selalu mengeluh setiap hari, tidak pernah saya Aldy mengeluh mengenai apapun (mungkin sudah terselip di diskusi kami tentang segala topik di atas). Mungkin karena interaksi kami berdua menciptakan coping mechanism yang unik, yaitu melalui humor, satir, sarkasme, sadisme, dan fitnah.
  • Seperti fintech pinjaman P2P, Aldy tidak segan untuk memberikan pinjaman uang kepada yang membutuhkan bahkan tanpa bunga dan tanpa mengeluh.
  • Aldy mempercayakan banyak ceritanya yang tidak banyak diketahui orang lain kepada saya, dan itu merupakan tanggung jawab yang besar. Saya merasa terhormat dan berterimakasih atas kepercayaanya dan inspirasinya.
Mereka yang telah lama mengenal Aldy pasti akan banyak yang tidak setuju dengan poin-poin yang saya jabarkan di atas. Pastilah. Pasti banget. Namun, siapa yang peduli? Ini adalah pandangan personal saya.

Semoga Aldy sukses di Bukalapak. Akhir kata, jangan pernah lupa untuk solat subuh, Aldy.

Tulisan #KAMUBAIK lainnya ada di sini

1.12.17

Purwakartan Cuisine 3: Sate Maranggi Plered-Sadang



Seluruh gambar milik @aditryn

Sebagai orang asli Purwakarta, saya sering SBY jika banyak turis hanya selalu mengunjungi Sate Maranggi Cibungur ketika melancong ke Purwakarta. Itu tidak salah. Itu tidak dosa.

Hanya saja.. persoalan Sate Maranggi, sebenarnya masih banyak di luaran sana yang tidak kalah berkualitas dan bahkan lebih ramah dompet.

Di edisi Purwakartan Cuisine 1, saya telah membahas Sate Maranggi Abah Usé, mengupas segala kelebihan dan kelebihannya. Nah, di Purwakartan Cuisine 3, saya akan mengupas sate maranggi favorit saya pribadi, yaitu Sate Maranggi Plered-Sadang.

Plered dan Sadang adalah dua nama daerah di Purwakarta; sate maranggi disebut berasal dari Plered, dan kedai sate favorit saya ini letaknya di Sadang dan tidak memiliki papan nama khusus. Letak Plered dan Sadang itu seperti jarak saya dan jodoh saya. Jauh.

Terlebih, kedai ini tempatnya tidak luas atau dikelilingi hutan jati dengan lahan parkir yang luas. Begini penampakannya:


Satu tusuk sate di kedai ini seharga Rp 2.100 (kagok? Sudahlah tidak usah protes. Murah ini). Jika kita makan di sana, makanan akan disajikan secara tradisional.

Kurang lebih seperti di restoran makanan Padang, makanan dikeluarkan semua, kita makan, dan dihitung berapa dan apa saja yang dimakan. Begitupun penyajian sate maranggi yang tradisional, kita akan disajikan sekitar 30 tusuk sate di atas meja, re-fill ketika menipis, dan dihitung berapa tusuk sate dan bungkus nasi yang dimakan.




Kedai sate ini sudah ada semenjak belasan tahun yang lalu ketika saya masih tinggal di Perumahan Sadang Sari Permai (sekarang sudah pindah ke Perumahan Griya Asri dan Jalan Kemuning No. 3 sebelah RM. Sambel Beledag).

Dahulu kala, Ibu sering menyuruh saya membeli sate ini karena rasanya enak dan dekat dari rumah. Ketika itu mereka masih menjual Es Kelapa Muda yang segar sekali. Entah mengapa sekarang tidak lagi. Ini masih menjadi sebuah misteri.


Khusus bagi yang vegetarian, saya anjurkan untuk tidak usah repot-repot mendatangi kedai sate maranggi ini karena di situ tidak menyediakan menu non-daging. Maaf. Mungkin nanti saya bisa usulkan lah agar lebih inklusif.



Meskipun tempatnya sangat humble, tidak besar, dan jauh dari kesan mewah, tapi saya bisa jamin kepuasan rasa yang hakiki akan didapatkan dari sana. Apalagi jika Anda menyukai gaji(h). Tanya saja teman-teman saya jika tidak percaya.. atau jika Anda kenal mereka sih.

Bagaimana? Tertarik mencoba?

Sampai jumpa di seri Purwakartan Cuisine berikutnya! :)

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *